Minggu, 29 Juni 2014

"Learning Theory Costruttivismo"

   

NAMA           : Rifki Baihaki
NIM               : 111301820031
JURUSAN   : Manajemen Pendidikan

LATAR BELAKANG
            Dalam dunia pendidikan terutama pada proses pembelajaran saat ini terdapat beragam inovasi baru. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret. 
            Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.
            Alasan kenapa saya memilih metode pembelajaran kontruktivisme karena karakteristik manusia yang diharapkan dalam rangka membangun sumber daya manusia adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap risiko dalam pengambilan keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan jati diri mereka sendiri.

            Untuk mencapai tujuan ini dipilih teori belajar konstruktivisme, sebab dibandingkan teori belajar lain, teori ini dapat mengantisipasi pergeseran dari pendidikan yang lebih menekankan aspek kognitif menuju aspek potensi manusia secara utuh. Di samping itu teori belajar konstruktivisme pembelajarannya lebih menekankan aktivitas mahasiswa dari pada pendidik. Menurut pandangan konstruktivisme belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan individu yang belajar, ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari.

    TUJUAN PENULISAN
       A.      Kognitif ( C3 ) "Siswa dapat Menjelaskan tentang teori konstruktivisme."
       B.       Psikomotorik ( P3 ) "Siswa mampu Mempraktekan teori kontrusktivisme."
       C.       Afektif ( A4) "Siswa mampu Mengaitkan teori konstruktivisme."

  TEORI
a.         Pengertian Teori Konstruktivisme
            Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
            Kaitannya dengan pembelajaran, menurut teori konstruksivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Teori ini merupakan peningkatan dari teori yang dikemukakan oleh piaget, vigotsky dan bruner. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru,pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data.
            Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peran siswa untuk dapat membangun constructive haabits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.
            Teori belajar yang mencerminkan siswa memiliki kebebasan berpikir bersifat eklektik. Teori belajar yang bersifat eklektik artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apa pun asal tujuan belajar dapat tercapai.[1] Dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru, dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi (pengalaman) dan akomodasi.



       [1]Sukardjo dan Ukim Komarudin,Landasan Pendidikan, (Depok : PT Raja Grafindo Persada 2009),hal.54
                
        Implikasi teori konstruktivise dalam proses pembelajaran adalah :

1.   Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar hasilnya saja.

2.    Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3.    Menekankan pembelajaran top-down mulai dari yang komplek ke sederhana, dari pada bottom-up dari yang sederhana bertahap berkembang ke komplek.
4.     Menerapkan pembelajaran koperatif

  
      ANALISIS TEORI
           Konstruktivisme dapat digambarkan sebagai sebuah pembelajaran yang menyarankan agar seorang siswa dapat membuat kesimpulan terhadap materi yang mereka pelajari, daripada menerima langsung dari sumber lain (misalnya: orang lain atau media bacaan). Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di lapangan. Teori ini membawa implikasi dalam pembelajaran yang bersifat kolektif dan kelompok.
            Dalam proses pembelajaran siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.. Guru dalam konteks ini berperan sebagai pemberdaya seluruh potensi yang dimiliki siswa agar siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran.
            Untuk dapat melaksanakan pembelajaran menurut teori ini, seorang guru harus memiliki daya kreasi yang tinggi untuk bisa mendesain suasana pembelajaran yang kondusif, suasana pembelajaran yang mampu memberikan kebebasan kepada siswanya untuk mengekspresikan dirinya sesuai dengan kemauannya. Serta, semua kegiatan pembelajaran harus banyak dikaitkan dengan realitas kehidupan masyarakat. Metode yang dapat digunakan juga tidak harus selalu monoton, metode yang bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam pembelajaran menurut teori ini. Pelaksanaan evaluasi menurut teori ini menjadi sarana untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.

       KREATIVITAS DAN INOVASIS
a.       Ayat-ayat Al-qur’an dan Hadis yang berkaitan dengan teori Konstruktivisme :

            Pada dasarnya praktik pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme sudah ada sejak lama, yakni dari zaman nabi Adam as. akan tetapi dalam al-Qur’an tercatat bahwa proses itu dijelaskan dalam surat al-An’am ayat 76-79 yang menceritakan tentang proses pencarian nabi Ibrahim akan Tuhannya. Ayat dimaksud adalah sebagai berikut 


      Artinya :
            Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang sesat." Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, Ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan,[2]





        [2] Ella Yulaelawati, Kurikulum dan PembelajaranFilosofi Teori dan Aplikasi, (Bandung: Pakar Raya, 2004),hlm.56

                        Selain itu, Islam sangat memperhatikan masalah pendidikan. Para peneliti sudah membuktikan bahwa al-Qur'an sebagai sumber utama agama Islam menaruh perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Hal ini terbukti bahwa wahyu yang pertama turun adalah perintah untuk membaca yang mana membaca merupakan salah satu proses utama untuk mendapat/membangun  ilmu pengetahuan sendiri. Allah SWT berfirman:


       Artinya :
        1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan
        2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
        3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
        4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
        5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
   
       Nama                           : Saskia Qintarahani
       Satuan Pendidikan        : SMPN 111 Jakarta
       Umur                           : 14 tahun
       Mata Pelajaran             : Pendidikan Agama Islam
       Kelas/Semester            : VII/ II

 Topik                            : Adab dalam adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu  atau menerima tamu

 Sub Topik                     :  Adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu  atau menerima tamu Serta Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari

       Alokasi Waktu            : 1x60menit

       Standar kompetensi    : 9. Membiasakan perilaku terpuji
  
     A.  KOMPETENSI INTI
      1.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
      2.      Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
      3.      Memahami pengetahuan berdasarkan rasa ingin tahunya tentang pendidikan agama islam terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

    B. KOMPETENSI DASAR
    9.1 Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu  atau menerima tamu
    9.2 Menunjukkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu atau menerima tamu.
9.3 Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari.
  
     C.  TUJUAN PEMBELAJARAN
      1.      Siswa mampu menjelaskan kembali pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu  atau menerima tamu dikarenakan siswa dalam tahap operasional formal (usia 11 tahun hingga dewasa) yang dapat memahami suatu konsep.( C1)

     Penjelasan: Perkembangan Kognitif
            Kognitif merupakan istilah yang mengacu pada proses mental yang terlibat dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman termasuk berpikir, mengetahui, mengingat, menilai dan memecahkan masalah. Tahap-tahap perkembangan kognitif yaitu :sensori motorik (sejak lahir sampai usia 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun) dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas).pada tahap operasional formal, anak-anak dan remaja yang berada dalam tahap operasional formal dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret. Selain itu, mereka juga mengenali kesimpulan yang logis, sekalipun kesimpulan tersebut berbeda dari kenyataan didunia sehari-hari.
            Perkembangan kognitif pada seorang individu berpusat pada otak, dalam perspektif psikologi kognitif otak adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan seperti ranah afektif (rasa), dan rasah psikomotorik (karsa). Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir. Selanjutnya, tanpa berfikir mustahil siswa tersebut dapat memahami faedah materi-materi yang disajikan guru kepadanya. Akan tetapi fungsi afektif dan psikomotorik pun dibutuhkan oleh siswa, sebagai pendukung dari fungsi kognitif.
             Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu faktor hereditas (keturunan), faktor lingkungan, faktor kematangan, faktor pembentukan, faktor minat dan bakat, faktor kebebasan. Cara membantu perkembangan kognitif pada anak didik yaitu bermain permainan asah otak, pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, mengucap syair, bereksperimen/percobaan, bercerita. Perbedaan individu dalam perkembangan kognitif menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan tercemin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif,afektif dan psikomotorik.
            Dapat saya simpulkan pula bahwa perkembangan kognitif anak berperan penting dalam tingkah laku dan hasil belajar seorang anak. Karena tanpa adanya fungsi kognitif pada siswa ia tidak akan mampu untuk memahami apa yang disampaikan guru, sehingga hassil belajarnya pun akan kurang maksimal. Bagaimana ia bisa memperoleh hasil yang baik jika materi yang disampaikan guru tidak ia pahami.
2.      Siswa mampu menunjukkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu  atau menerima tamu dikarenakan siswa dalam tahap oprasional formal yang dapat mengamati. (P2)

     Penjelasan: Perkembagan Psikomotorik
            Psikomotorik (kemampuan skill) adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik. Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan kepribadian manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungs iotot akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan daridalam diri seseorang.
            Perilaku psikomotorik memerlukan koordinasi fungsional antara neuronmuscular system (persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif). Loree (1970 : 75) menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus di kuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working). Pada usia 9-15 tahun , Ketika anak mencapai usia ini, rata-rata anak perempuan dan laki-laki mulai menunjukkan perubahan pubertas kemudian pertumbuhan masa remaja mulai terjadi secara pesat.
            Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik yang berlangsung secara teratur dan berjalan lancar tanpa dibutuhkan banyak refleksi atau berfikir terhadap apa yang harus dilakukan dan mengapa harus mengikuti suatu gerakan.Keterampilan motorik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, seorang anak yang memiliki keterampilan motoriksempurna, ia mampu merawat dirinya sendiri dan bergerak secara efektif dan efisien, misalnya seorang anak kecil yang belajar berjalan tegak, menaikitangga, memegang dan mengambil benda dan sebagainya. Berkembangnya kemampuan motorik tersebut didapatkan dari hasil belajar dan latihan. Dengan belajar dan latihan tersebut akan membuat fungsi otot dan persendian menjadi lebih kuat.
            Pemantauan perkembangan psikomotor anak penting untuk mengetahui penyimpangan secara dini sehingga upaya keterlambatan perkembangan, upaya stimulasi upaya penyembuhan serta pemulihan dalam pelayanan kesehatan anak dapat dilakukan secara dini pula dan tidak ada kejadian yang tidak di inginkan oleh kita.
3.      Siswa mampu menghubungkan teori dengan Praktik dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan siswa dalam tahap operasional formal yang dapat memikirkan. (A4)

     Penjelasan: Perkembangan Afektif
Afektif menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan.Seseorang individu dalam merespon sesuatu diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan tetapi pada saat tertentu dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya.
Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu disebut warna afektif yang kadang-kadang kuat, lemah atau tidak jelas. Pengaruh dari warna afektif tersebut akan berakibat perasaan menjadi lebih mendalam. Perasaan ini disebut emosi. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik antara lain berupa :Reaksi elektris pada kulit meningkat apabila terpesona, Peredaran darah menjadi bertambah cepat apabila sedang marah, Denyut jantung bertambah cepat apabila merasa terkejut dan     Bernapas panjang dan kaku apabila merasa kecewa. Reaksi emosional dapat berkembang menjadi kebiasaan, sehingga mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap individu ataupun peserta didik. Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap anak, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang kesulitan dalam menyelasaikan dan bimbingan (pengawasan) untuk keberhasilan belajarnya. Aspek afektif tersebut dapat terlihat selama proses pembelajaran, terutama ketika siswa bekerja berkelompok.


     D.  MATERI PEMBELAJARAN
  Pengertian Adab dalam berpakaian Menurut ajaran Islam, berpakaian adalah mengenakan pakaian untuk menutupi aurat, dan sekaligus perhiasan untuk memperindah jasmani seseorang. Contoh adab dalam berpakaian : dalam berpakaian yang diajaran Islam, berpakaian tidak hanya sekedar kain penutup badan, tidak hanya sekedar mode atau trend yang mengikuti perkembangan zaman. Islam mengajarkan tata cara atau adab berpakaian yang sesuai dengan ajaran agama, baik secara moral, yang jelas indah dipandang dan nyaman digunakan. Diantara adab berpakaian dalam pandangan Islam yaitu sebagai berikut:pertama, Harus memperhatikan syarat-syarat pakaian yang islami, yaitu yang dapat menutupi aurat, terutama wanita, kedua,Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak terkesan kumal dan dekil, yang akan berpengaruh terhadap pergaulan dengan sesama, ketiga,Hendaklah mendahulukan anggota badan yang sebelah kanan, baru kemudian sebelah kiri dan Tidak menyerupai pakaian wanita bagi laki-laki, atau pakaian laki-laki bagi wanita dll.
  Adab dalam Berhias,berhias artinya berdandan atau merapikan diri baik fisiknya maupun pakiannya.  Berhias dalam pandangan Islam adalah suatu kebaikan dan sunah untuk dilakukan, sepanjang untuk ibadah atau kebaikan.Menghiasi diri agar tmpil menarik dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain yang memandangnya, merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, terutama bagi kaum wanita di hadapan suaminya, dan kaum pria dihadapan istrinya. Contoh adab dalam berhias : Agama Islam mengajarkan kepada kita agar senantiasa tampil rapi dan menarik.  Artinya, setiap saat kita boleh berhias sekedar untuk membuat kenyamanan bagi diri sendiri dan oran lain yang memandangnya.  Misalnya, menyisir atau memotong rambut dan merapikannya, membersihkan pakaian dan menyetrikanya, dan sebagainya.  Apabila, kalau berhias untuk tujuan ibadah kepada Allah swt.  Misalnya, berhias untuk melaksanakan shalat lima waktu, untuk pergi pengajian, ke sekolah atau tempat0tempat kebaikan.
   Adab dalam Bepergian,berpergian artinya pergi ke luar rumah, baik untuk tujuan jarak jauh maupun jarak dekat.  Dalam agama Islam, berpergian keluar rumah, itu harus menggunakan adab atau tata cara, sehingga kepergian kita tidak meninggalkan hal-hal yang tidk diinginkan , dan dapat kemabli kerumah dengan senang dan damai.  Selain itu,berpergian meninggalkan rumahkita akan berada di tengah perjalanan.  Oleh karena itu, baik yang pergi maupun yang ditinggalkan hendaknya saling mendoakan agar keduanya selamat dan dalam lindungan Allah Swt.contoh adab berpergian menurut ajaran agama Islam, yaitu Mengucapkan salam ketika hendak meninggalkan rumah, agar Allah memberikan keselamatan baik bagi yang pergi maupun yang ditinggalkan
  Adab dalam Bertamu, bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalm rangka mempererat silaturahim.  Maksud orang lain di sini adalah tetangga, saudara (sanak famili), teman sekantor, teman seprofesi dan sebagainya.  bertemu tentu ada maksud dan tujuannya, antara lain menjeguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis, membicarakan masalah keluarga keluarga dan sebagainya. Contoh : Sebagai tamu, apabila kita tidak mendapati tuan rumah, atau merasa tidak diterima oleh tuan rumah karena satu dan lain hal maka tinggalkanlah rumah itu dengan segera.  Tetapi jangan sampai memperlihatkan kekecewaan terhadap perlakuan tuan rumah yang tidak berbudi baik tersebut.

    E.    METODE PEMBELAJARAN
    1.      Pendekatan   : Pendidikan Agama Islam
    2.       Metode         : Diskusi,tanya jawab dan penugasan
    3.      Model           : Konstruktivisme
    4.      Sumber Pembelajaran : Buku PAI SMP Kelas VII
  5.  Guru berperan untuk mengembangan konsep diri dan emosi, mengembangan nilai, moral dan sikap, mengembangan kreativitas, mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar siswa sebagai berikut:

      a.       Perkembangan konsep diri dan emosi
 Puspitasari (2007), mengatakan bahwa konsep diri merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, proses menilai yang bersifat organismik, bukan lagi bersifat statis tetapi mampu untuk menyesuaikan kembali dan berkembang sebagai pengalaman-pengalaman baru yang terintegrasikan. Konsep diri berkembang sesuai dengan perkembangan diri jiwa seseorang, maupun dari pengalaman-pengalaman yang seseorang temukan. Menurut Symonds (2008), mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perseptif. Persepsi tentang diri yang ada pada remaja akan berkembang sesuai dengan tahapan.
 Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instan, melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup manusia. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan yang ingin dicapainya serta tidak memiliki penilaian terhadap dirinya. Konsep diri berasal dan berkembang sejalan pertumbuhan, terutama akibat hubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Pada akhirnya individu mulai bisa mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkannya serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya.
  Konsep diri terbentuk melalui proses yang terjadi sejak lahir kemudian secara bertahap mengalami perubahan seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembanga individu. Pembentukan konsep diri sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Konsep diri juga akan dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai tekanan yang dialami individu. Konsep diri merupakan gambaran yang dimilki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Melalui konsep diri anak dapat menumbuhkan harapan- harapan yang ingin dicapai dengan melihat sejauh mana anak telah berjuang dan mengukur pemahaman dirinya. Sehingga anak dapat merasa bertanggungjawab, merasa mampu, bangga dan lain sebagainya. Anak belajar mengekspresikan emosinya sendiri dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang tidak memberikan pemuasaan.

      b.      Perkembangan nilai, moral dan sikap.
 Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknya. Nilai merupakan standar konseptual yang relatif stabil dan emplisit membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai serta aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologisnya. Sedangkan stilah moral berasal dari kata Latin Mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Maksud moral adalahsesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan wajar.Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam kehidupannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu sebagai anggota sosial. sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek.
  Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi perilaku. Sikap tidak identik dengan respons dalam bentuk perilaku, tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang dapat diamati. Secara operasional, sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan respons reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik berupa orang, peristiwa, atau situasi. Salah satu karakteristik remaja yang sangat menonjol berkaitan dengan nilai adalah bahwa remaja sudah sangat diperlukan sebagai pedoman, pegangan, atau petunjuk dalam mencari jalannya sendiri untuk menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang semakin matang. Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berfikir abstrak dan mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotesis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak hanya lagi terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka. Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggujawabkan secara pribadi.
 Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral, dan sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat akan mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap individu yang tumbuh dan berkembang di dalam dirinya
    Jadi, Nilai, moral dan sikap pada diri anak apabila telah mampu mengembangkan superegonya dengan baik, sikapnyaakan cenderung didasarkan atas nilai-nilai luhur atau aturan moral tertentu sehingga akan terwujud dalam perilaku yang bermoral. Ini dapat terjadi karena soperegonya sudah sudah berkembang dengan baik dapar mengontrol dorongan-dorongan nulariah bertujuan untuk memenuhi kesenangan dan kepuasan.

     c.    Perkembangan kreativitas
    Perkembangan kreativitas juga merupakan perkembangan proses kognitif maka kreativitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif berdasarkan teori yang diajukan oleh Jean Piaget. Anak mampu bersikap dan berpola pikir yang dapat menciptakan sesuatu yang baru. Kemampuan tersebut dapat melahirkan kreativitasnya sendiri berupa keterampilan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru, indah, efifien, tepat sasaran dan tepat guna. Menurut Jean Piaget (McCormack, 1982) ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu sebagai berikut :

      1.      Tahap Sensori-Motoris. Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Menurut Piaget (Bybee dan Sund, 1982), pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya, terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya. Mengenai kreativitasnya, menurut Piaget, pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan anak masih berupa tindakan fisik yang bersifat refleksi, pandangannya terhadap objek masih belum permanent, belum memiliki konsep ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan refleks-refleks, belum memiliki tentang diri ruang, dan belu memiliki kemampuan berbahasa.
     
     2.   Tahap Praoperasional. Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsure perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya. Pada tahap ini, menurut Jean Piaget ( Bybee dan Sund, 1982 ), anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dalam lingkungannya, termasuk dengan orang tuannya. Pada akhir tahap ini, menurut Jean Piaget ( Bybee dan Sund, 1982 ), kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka pendek. Di samping itu, anak memiliki kemampuan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam di lingkunganya secara animistik dan antropomorfik. Penjelasan animistic adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan hewan. Adapun penjelasan antropomorfik adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan manusia.

     3.      Tahap Operasional Konkret. Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan relitas konkret dan berkembang rasa ingin tahunya. Menurut Jean Piaget, interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tua, sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Menurut Jean Piaget kreativitasnya juga sudah semakin berkembang. Faktor-faktor memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu adalah sebagai berikut. Pertama, Anak sudah mulai mampu menampilkan operasi-operasi mental., kedua Anak mulai mampu berpikir logis dalam bentuk sederhana.dan Anak mulai berkembang kemampuannya untuk memelihara identitas diri.


    DAFTAR PUSTAKA

      Budiningsih, A.C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.    

      Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung :PT. Refika Aditama.

      Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung :PT. Remaja Karya.

      Suparno, P.1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Yogyakarta : Kanisius.

      Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya : Bumi Aksara.

      http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_10 Oktober_2008/Konstruktivisme,_Konsepsi_Alternatif_dan_Perubahan_Konseptual_dalam_Pendidikan_IPA.PDF

      http://diahnadiyahceritaku.blogspot.com/2014/06/teori-konstruktivisme.html